Skip to main content

Aku, UMKM dan Bank Indonesia

Bekerja di Bank Indonesia penuh cerita.
Teringat Ibuku suka menelpon di jam 9 malam, bertanya
"Apa sudah pulang Nak?"
Biasanya ku jawab
"Belum, masih di kantor".

Saat ku pulang ke rumah, pertanyaan lainnya pun akan tiba
"Memang ngerjain apa saja sampe pulang tengah malam?" atau
"Memang ngurusin Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang mana sampe harus lembur?"
Pertanyaan-pertanyaan yang kadang muncul sampai bosan dari orang-orang terdekat

Susah-susah gampang menjelaskan pekerjaanku. Bekerja di Bank Sentral tapi kok ngurusin UMKM?. Teringat bos pernah berkata
"UMKM ini berhubungan erat dengan sektor riil, ini dekat dengan nilai Inflasi". 
Yup, dekat dengan inflasi, karena menjaga inflasi adalah salah satu tugas BI.
Mau mengulang kalimat yang sama, rasanya kok terlalu berat untuk keluargaku yang boro-boro paham dengan sektor riil. Wong nilai inflasi berapa aja kadang Bapak Ibuku juga ga ngikutin.

Kalau lagi mood biasanya Ku jelaskan bahwa Aku mengerjakan banyak hal menarik di kantor.
Hal-hal yang berhubungan langsung dengan masyarakat menengah kebawah, yang usahanya tidak termasuk ke kelompok usaha besar. Misalnya saat ini Aku sedang mengkaji tentang Undang-undang terkait kategori UMKM. Undang-undang yang tahun depan umurnya sudah 1 dekade. UUD yang mengatur definisi UMKM ini di review oleh BI dan dinilai apakah masih sesuai dengan kondisi sekarang atau sudah perlu untuk diperbarui.


Klaster Padi Binaan BI
Kadang-kadang Keluargaku juga bingung kenapa BI harus repot-repot ngurusin sapi di ujung Sumatera, cabe di Banyuwangi atau padi di Tegal. Biasanya kalimat ajaib yang ku bilang adalah karena barang-barang itu adalah komoditas volatile food. Iya, komoditas volatile food atau komoditas penyumbang inflasi, yang secara insidentil suka naik harganya hingga bikin pusing banyak orang. Saat lebaran misalnya, harga cabe pasti akan melonjak! Nah gara-gara itu BI mencoba menekan kenaikan harga barang-barang ini dengan membuat klaster atau demplot penghasil komoditas ini. Salah satu yang dikembangkan di Kalimantan Barat misalnya adalah klaster padi yang dikenal dengan nama budidaya Padi Hazton. Dengan budidaya ini padi yang dihasilkan akan jauh lebih banyak. Jadi saat kebutuhan masyarakat meningkat, stok beras di pasaran tidak kurang dan harga lebih terjaga.

Meeting APEC 
Lain lagi kalau aku lembur karena bantu Bos untuk nyusun bahan meeting di luar negeri. Kadang Ibuku suka bertanya
"Ngapain sih ke Amerika buat bahas UMKM Indonesia?"
Bener juga sih, UMKM-nya kan di Indonesia, ngapain Kita harus jauh-jauh sampe kita ke Amerika?. Tapi banyak yang ga tahu ternyata di meeting-meeting para petinggi-petinggi negara, isu UMKM sering banget jadi isu yang panas. Di APEC misalnya, Kita, Indonesia, harus berupaya menjaga UMKM kita yang cenderung berdaya saing rendah untuk ga kalah dengan UMKM negara lain. Jadinya, Aku suka bantu membuat analisis dan usulan biar para petinggi negeri bisa terus mendorong pengembangan UMKM Indonesia.

Emang sih kadang hetic banget karena banyak yg diurusin, tapi Alhamdulillah yang dikerjain seru-seru!
Alhamdulillahnya lagi, banyak banget hal-hal menarik yang bisa dilakuin untuk UMKM yang mayoritas adalah golongan kaum marginal dan mensejahterakan orang banyak. Jadi serulah pokoknya jadi pegawai BI yang ngurusin UMKM! 

Comments

Popular posts from this blog